Search
Close this search box.

Sambal Nagih, Dari Dapur Rumah ke Etalase Digital Shopee

Jakarta, SenayanTalks — Sambal bukan sekadar pelengkap makanan bagi masyarakat Indonesia, melainkan bagian dari identitas kuliner yang melekat kuat di setiap daerah. Dari sambal matah khas Bali hingga sambal cakalang dari Sulawesi, kekayaan rasa nusantara ini terus bertumbuh seiring munculnya inovasi dari para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Salah satu kisah sukses datang dari Sambal Nagih, UMKM kuliner yang berhasil menembus pasar nasional melalui platform digital Shopee.

Didirikan oleh pasangan muda, Anita Hartati dan suami, Sambal Nagih berawal dari dapur rumah dan kini berkembang menjadi brand sambal yang dikenal luas, berkat keberanian memanfaatkan pasar digital secara cerdas dan konsisten menjaga kualitas rasa.

Kisah Sambal Nagih dimulai tujuh tahun lalu dari usaha ayam geprek rumahan. Namun, sambalnya justru yang paling banyak dicari pelanggan. Melihat peluang tersebut, Anita dan suami mulai memproduksi sambal dalam kemasan toples untuk dikirim ke berbagai kota.

“Kami tidak punya latar belakang bisnis atau modal besar. Tapi kami percaya pada rasa dan semangat ‘mulai aja dulu’,” ujar Anita Hartati, Founder Sambal Nagih.

Kini, Sambal Nagih menghadirkan berbagai varian sambal khas Nusantara, seperti: Sambal Matah, Sambal Cumi, Sambal Cakalang, Sambal Terasi, Sambal Roa, Sambal Cabe Ijo, dan Sambal Bawang yang menjadi favorit pelanggan. Selain sambal, produk Kremes Ayam juga menjadi salah satu item terlaris di Shopee.

Sejak bergabung dengan Shopee pada 2019, Sambal Nagih mengalami lonjakan pertumbuhan. Shopee tak hanya menjadi marketplace, tetapi juga platform pendamping bisnis lokal lewat fitur seperti: Shopee Live, Shopee Ads, Flash Sale, dan Kampanye tematik seperti Big Ramadan Sale.

Anita menyebutkan, omzet Sambal Nagih meningkat lebih dari tiga kali lipat selama kampanye Big Ramadan Sale 2025 dibanding tahun sebelumnya.

“Dengan Shopee Live, kami bisa berinteraksi langsung, menunjukkan bahan baku, hingga proses packing. Ini membangun kepercayaan pelanggan,” tambah Anita.

Kunci keberhasilan Sambal Nagih tak hanya terletak pada rasa, tetapi juga perhatian pada detail pengemasan dan pelayanan. Produk dikemas dalam toples bersegel, kardus desain menarik, dan menggunakan lapisan bubble wrap untuk pengiriman aman.

Dengan strategi ini, Sambal Nagih mampu menjangkau konsumen luar kota dan menjadi pilihan oleh-oleh khas Indonesia yang siap kirim.

Lebih dari sekadar usaha, Sambal Nagih adalah bentuk kontribusi anak muda dalam menjaga dan memodernisasi warisan rasa lokal Indonesia. Di usia yang belum menginjak 30 tahun, Anita telah menunjukkan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berkembang di tengah persaingan industri sambal yang ketat.

“Anak muda punya peran besar menjaga budaya. Lewat sambal, saya ingin tunjukkan bahwa yang tradisional bisa dibawa ke era digital dan tetap relevan,” tegas Anita.

Baca juga :
Kemendag Dorong UMKM Ekspor Lewat Shopee, Targetkan Pasar Global
Berburu Gadget dan Makan di Senayan Trade Center

Artikel Terkait