Jakarta, SenayanTalks – Kontroversi melanda Universitas Indonesia (UI) usai menghadirkan Peter Berkowitz, akademisi asal Amerika Serikat yang dikenal sebagai pendukung kebijakan Israel, dalam acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana pada 23 Agustus 2025.
Kehadiran Berkowitz menuai kritik keras, salah satunya dari Baitul Maqdis Institute. Lembaga ini menilai langkah UI memberi panggung bagi sosok pro-Israel sebagai bentuk normalisasi terhadap agresi dan genosida di Gaza.
Direktur Utama Baitul Maqdis Institute, Fahmi Salim, mengecam keputusan UI. “Menghadirkan Peter Berkowitz dalam forum akademik jelas mencederai rasa keadilan masyarakat Indonesia yang mendukung perjuangan Palestina. Ini bentuk normalisasi terhadap genosida Israel,” tegasnya.
Menurutnya, UI seharusnya menjunjung objektivitas dan nilai kemanusiaan, bukan memfasilitasi tokoh yang menjustifikasi agresi militer Israel yang telah menewaskan lebih dari 63.000 warga Gaza sejak Oktober 2023.
Tegaskan dukung Palestina
Menanggapi kritik publik, UI menyampaikan permohonan maaf resmi. Dalam siaran persnya, UI menegaskan tidak bermaksud memberi legitimasi politik kepada Berkowitz.
UI menegaskan bahwa sikap kampus tetap konsisten mendukung kemerdekaan Palestina, sesuai dengan amanat UUD 1945 dan sikap resmi Indonesia di forum internasional.
“Dengan segala kerendahan hati UI mengakui kurang hati-hati, dan untuk itu UI meminta maaf sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas kekhilafan dalam melakukan background check,” tulis pihak UI.
UI menambahkan, undangan Berkowitz semata-mata ditujukan untuk kepentingan akademik dan pembelajaran lintas perspektif, namun berjanji akan lebih selektif di masa depan.
Fahmi Salim menegaskan, kontroversi ini harus jadi pelajaran penting. “UI perlu menunjukkan sikap nyata berpihak pada nilai kemanusiaan universal, bukan memberi ruang bagi tokoh yang mendukung penjajahan,” tegasnya.
Sementara itu, UI berjanji memperbaiki tata kelola, meningkatkan ketelitian dalam memilih pembicara, serta menjaga iklim kebebasan akademik tanpa mengorbankan nilai kemanusiaan.
Dengan insiden ini, publik menuntut agar UI lebih cermat di masa depan, sementara dukungan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina tetap menjadi sikap utama.
Baca juga :