Jika aplikasi transportasi online dimiliki oleh negara, keuntungan bukanlah target utama. Prioritasnya adalah kesejahteraan pengemudi dan kemudahan bagi masyarakat, sehingga tujuan sosialnya lebih tercapai
Jika negara mengakui pengemudi ojek online (ojol) sebagai lapangan pekerjaan baru, maka idealnya negara membuat aplikasi sendiri untuk menyejahterakan warganya. Dengan begitu, potongan biaya yang dikenakan kepada pengemudi dapat diatur tidak lebih dari 10 persen.
Hal ini berbeda dengan kondisi saat ini, meskipun dianggap sebagai lapangan pekerjaan, pengemudi merasa terbebani dengan potongan biaya yang mencapai lebih dari 20 persen. Selanjutnya, aplikasi tersebut dapat diserahkan ke pemda untuk digunakan sesuai kebutuhan daerah masing-masing.
Fokus pemerintah selama ini pada aplikator, bukan pada pengemudi, bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah dugaan bahwa sejumlah pejabat yang berurusan dengan aplikasi online sudah menerima fasilitas dari aplikator.
Hal ini membuat sebagian pihak beranggapan, untuk apa bersusah payah memikirkan untuk membuat aplikasi sendiri, aplikator banyak memberikan fasilitas yang diminta.
Dengan kata lain, ada kemungkinan bahwa kemudahan yang diberikan oleh perusahaan aplikasi membuat pemerintah tidak lagi melihat perlunya menciptakan sistem transportasi online milik negara, dan kebijakan yang ada lebih menguntungkan perusahaan aplikasi itu sendiri daripada pengemudi.
Mengutip dari berbagai sumber perkembangan aplikasi transportasi online yang dimiliki oleh beberapa negara, seperti berikut ini.
Korea Selatan
Aplikasi transportasi online lokal Korea yang paling dominan dan populer adalah Kakao T. Kakao T merupakan bagian dari Kakao Mobility. Aplikasi ini menawarkan berbagai layanan mobilitas, seperti Kakao T untuk layanan taksi, K.ride yang dirancang khusus untuk wisatawan dan tidak memerlukan nomor telepon atau akun Korea.
Selain Kakao T, ada juga aplikasi taksi lokal lain yang dirancang khusus untuk turis, seperti, TABA yakni aplikasi taksi yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Seoul untuk wisatawan asing. Kelebihannya adalah dukungan bahasa asing yang lebih baik dan memungkinkan pendaftaran dengan nomor telepon internasional.
Meskipun Uber juga ada di Korea, dominasi Kakao T sangat kuat, sehingga aplikasi lokal ini menjadi pilihan utama bagi sebagian besar penduduk dan pengunjung.
China
Di China, aplikasi transportasi online yang paling dominan dan populer adalah DiDi Chuxing. DiDi Chuxing, atau yang sering disebut DiDi, adalah platform layanan transportasi online terbesar di Tiongkok. Aplikasi ini menawarkan berbagai layanan, seperti DiDi Express untuk layanan taksi atau mobil pribadi standar, mirip dengan UberX, DiDi Premier/Luxury (layanan yang menawarkan kendaraan dan pengemudi kelas atas), DiDi Taxis (memungkinkan pengguna untuk memesan taksi tradisional melalui aplikasi), DiDi Hitch (carpooling) untuk layanan berbagi tumpangan.
Selain DiDi, ada juga pemain lain di pasar transportasi online China, meskipun cakupannya tidak sebesar DiDi, yaitu Meituan. Awalnya Meituan lebih dikenal sebagai aplikasi pengiriman makanan (seperti, GoFood atau GrabFood di Indonesia), tetapi mereka juga menyediakan layanan transportasi online, terutama taksi.
Namun, yang perlu diperhatikan, China memiliki ekosistem aplikasi yang sangat terintegrasi. Seringkali, layanan DiDi bisa diakses langsung melalui aplikasi “super app” seperti WeChat dan Alipay, yang merupakan aplikasi pembayaran digital dan komunikasi yang sangat penting di China. Bagi wisatawan, menggunakan fitur DiDi di dalam WeChat atau Alipay bisa jadi pilihan yang lebih mudah.
Berbeda dengan Indonesia yang didominasi ojek motor (Go-Jek dan Grab), layanan transportasi online di China sebagian besar menggunakan mobil, karena infrastruktur transportasi publik seperti kereta bawah tanah (metro) dan bus sudah sangat maju dan efisien.
Jepang
Di Jepang, pasar transportasi online sangat berbeda dengan di negara-negara lain. Dominasi perusahaan taksi tradisional masih sangat kuat, dan aplikasi yang paling populer adalah aplikasi yang bekerja sama langsung dengan armada taksi tersebut.
Aplikasi lokal transportasi online milik Jepang yang paling dominan adalah GO. GO sebelumnya dikenal sebagai JapanTaxi dan MOV. Ini adalah aplikasi taksi paling populer di Jepang dan memiliki jangkauan terluas, mencakup hampir seluruh wilayah Jepang (45 dari 47 prefektur atau mirip provinsi/koa/kabupaten di Indonesia).
Aplikasi ini dirancang untuk memesan taksi dari berbagai perusahaan taksi yang terhubung ke jaringan mereka. Keunggulannya, (1) memungkinkan pemesanan taksi di muka (reservasi), (2) tersedia dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Inggris, yang membuatnya sangat mudah digunakan oleh wisatawan, (3) pembayaran dapat dilakukan di dalam aplikasi dengan kartu kredit atau melalui metode pembayaran nontunai lainnya, (4) menawarkan layanan “GO Premium” untuk kendaraan mewah.
Selain GO, ada beberapa aplikasi lain yang juga populer, terutama di area tertentu, seperti S.RIDE (populer di wilayah Tokyo) DiDi Mobility (meskipun berasal dari China, DiDi memiliki kehadiran yang kuat di Jepang, terutama di kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Kyoto), Uber.
Uber juga beroperasi di Jepang, tetapi model bisnisnya berbeda. Di Jepang, Uber sebagian besar berfungsi sebagai platform pemesanan taksi, bukan ride sharing dengan pengemudi individu. Uber bekerja sama dengan perusahaan taksi lokal, sehingga bagi wisatawan yang terbiasa menggunakan Uber, ini bisa menjadi pilihan yang nyaman.
Secara ringkas, bagi siapa pun yang ingin menggunakan aplikasi taksi di Jepang, GO adalah pilihan utama yang paling direkomendasikan karena jangkauannya yang luas. Sementara itu, Uber dan DiDi bisa menjadi alternatif yang bagus, terutama di kota-kota besar.
Vietnam
Di Vietnam, persaingan di pasar transportasi online sangat dinamis dan ketat. Meskipun ada beberapa pemain global dan regional, aplikasi lokal juga memiliki peran penting.
Aplikasi transportasi online lokal yang populer di Vietnam, seperti Be, Xanh SM, Mai Linh Taxi, Vinasun Taxi.
Be adalah salah satu aplikasi ride hailing lokal terbesar di Vietnam. Aplikasi ini dikenal sebagai pesaing kuat bagi Grab dan telah berhasil meraih pangsa pasar yang signifikan, terutama di kalangan pengguna yang mencari tarif yang lebih terjangkau. Layanannya menawarkan layanan transportasi mobil dan motor, serta layanan pengiriman makanan dan barang. Kelebihannya, Be sering kali menawarkan tarif yang kompetitif dan memiliki basis pengguna setia, terutama karena identitasnya sebagai merek lokal.
Xanh SM adalah pendatang baru yang dengan cepat menjadi pemain utama di pasar Vietnam. Keunikan dari aplikasi ini adalah seluruh armadanya menggunakan kendaraan listrik, baik mobil (VinFast) maupun motor listrik. Fokus pada taksi mobil listrik dan ojek motor listrik. Kelebihannya, Xanh SM memimpin pasar dengan menawarkan pengalaman yang ramah lingkungan dan kendaraan yang modern. Aplikasi ini juga diintegrasikan dengan ekosistem VinGroup, salah satu konglomerat terbesar di Vietnam.
Selain dua aplikasi lokal di atas, ada juga perusahaan taksi tradisional Vietnam yang memiliki aplikasi sendiri, seperti Mai Linh Taxi dan Vinasun Taxi, yang masih sangat populer di kalangan penduduk lokal.
Meskipun demikian, perlu dicatat, pasar transportasi online di Vietnam tetap didominasi oleh pemain regional seperti Grab yang berasal dari Singapura. Bahkan, Gojek, yang pernah memiliki kehadiran kuat di sana dengan nama Go-Viet, telah menarik diri dari pasar Vietnam. Hal ini menunjukkan, persaingan sangat ketat dan seringkali didominasi oleh strategi dan kekuatan finansial dari perusahaan regional.
India
Di India, pasar transportasi online sangat besar dan kompetitif, dengan dua pemain utama yang mendominasi. Salah satu dari keduanya adalah perusahaan lokal, yaitu Ola.
Ola adalah perusahaan transportasi online yang didirikan di India. Aplikasi ini adalah pesaing utama Uber di pasar India dan telah menjadi salah satu startup paling sukses di negara tersebut. Ola menawarkan berbagai layanan transportasi, termasuk (1) Ola Auto untuk ojek Bajaj (Bajaj autorickshaw), Ola Bike (ojek motor), Ola Micro/Mini/Prime, berbagai pilihan taksi mobil dengan ukuran dan harga yang berbeda, Ola Outstation, layanan taksi untuk perjalanan antar kota. Ola memiliki jangkauan yang sangat luas, beroperasi di lebih dari 250 kota di seluruh India, serta beberapa negara lain, seperti Australia, Selandia Baru, dan Inggris.
Rapido adalah pemain lokal lain yang berfokus pada layanan ojek motor (bike taxi) dan juga ojek Bajaj. Aplikasi ini telah berhasil menarik banyak pengguna, terutama di kota-kota yang padat, berkat tarif yang terjangkau dan kemampuan untuk melewati kemacetan. Fokus utama Rapido adalah pada layanan transportasi roda dua (bike taxi) dan ojek bajaj. Kelebihannya Rapido sangat populer di kalangan masyarakat yang mengutamakan kecepatan dan efisiensi di tengah lalu lintas kota yang padat. Mereka sering menawarkan skema langganan harian yang membuat tarif lebih hemat.
Namma Yatri adalah aplikasi taksi yang berbasis di Bengaluru dan beroperasi dengan model koperasi yang memungkinkan pengemudi mendapatkan 100 persen dari tarif. Aplikasi ini didukung oleh pemerintah India dan merupakan bagian dari inisiatif untuk melawan dominasi platform besar dan memberikan pendapatan lebih kepada pengemudi.
Meskipun Uber juga sangat populer di India, pasar tetap didominasi oleh persaingan ketat antara Uber dan Ola. Sebagian besar penduduk lokal dan wisatawan biasanya akan mengunduh kedua aplikasi untuk membandingkan tarif dan ketersediaan sebelum memesan.
Malaysia
Perkembangan aplikasi transportasi online di Malaysia didominasi oleh satu nama besar, yaitu Grab. Namun, di balik dominasinya, pasar ini juga diwarnai oleh kehadiran sejumlah pemain lain yang menawarkan keunikan tersendiri.
Grab adalah aplikasi transportasi online yang paling populer dan dominan di Malaysia. Meskipun Grab memimpin, ada beberapa aplikasi lain, seperti inDriver, AirAsia MOVE (berasal dari maskapai penerbangan AirAsia), Maxim (dikenal dengan tarifnya yang rendah), MyCar (aplikasi lokal Malaysia), Riding Pink (aplikasi khusus layanan transportasi eksklusif untuk wanita dan anak-anak, yang dikemudikan oleh pengemudi wanita)
Secara keseluruhan, meskipun Grab memegang kendali besar, pasar transportasi online di Malaysia menunjukkan dinamika yang menarik dengan adanya pemain-pemain lain yang berinovasi untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar yang berbeda.
Pemerintah Malaysia memang menghadapi kendala sosial dan agama dalam mengembangkan layanan ojek motor, yang berbeda dengan ojek motor di Indonesia. Salah satu alasan utamanya adalah kekhawatiran terkait interaksi antara pengemudi dan penumpang yang bukan muhrim.
Di Malaysia, banyak pihak yang khawatir jika ojek penumpang dikembangkan secara luas, hal itu akan melanggar prinsip-prinsip syariah yang mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami-istri atau kerabat dekat (muhrim). Meskipun tidak ada larangan hukum yang eksplisit, kekhawatiran ini menjadi alasan kuat yang menghambat pengembangan layanan ojek motor di negara tersebut.
Selain itu, faktor keselamatan dan keamanan jalan raya juga sering menjadi perdebatan. Banyak yang berpendapat bahwa kondisi jalanan di Malaysia tidak sepadat Jakarta atau kota besar di Indonesia lainnya, sehingga taksi mobil atau angkutan umum dianggap lebih aman dan nyaman. Namun, meskipun demikian, ada beberapa aplikasi yang mencoba masuk ke pasar ini dengan skema yang berbeda, seperti Riding Pink, yang menyediakan layanan ojek motor khusus wanita untuk memastikan kenyamanan dan keamanan penumpang.
Transportasi online di Eropa
Pasar transportasi online di Eropa sangat beragam, dan tidak ada satu aplikasi lokal yang dominan di seluruh benua. Setiap negara memiliki pemainnya sendiri yang bersaing ketat dengan perusahaan global seperti Uber.
Di Jerman ada Free Now. Aplikasi ini adalah salah satu pemain besar di Eropa dan sangat populer di Jerman. Free Now adalah hasil dari merger antara MyTaxi dan sejumlah layanan ride-hailing lainnya. Mereka bekerja sama dengan perusahaan taksi berlisensi dan menawarkan opsi tambahan, seperti skuter dan sepeda listrik.
Ada juga Taxi.eu, aplikasi taksi yang beroperasi di banyak kota di Jerman dan negara Eropa lainnya. Mereka terhubung langsung dengan pusat taksi lokal, sehingga menjamin keandalan dan keamanan.
Kemudian aplikasi Bolt. Meskipun berbasis di Estonia, Bolt memiliki kehadiran yang kuat di Jerman dan menjadi alternatif populer untuk Uber, terutama dengan tarifnya yang sering lebih terjangkau.
Di Perancis ada G7. Ini adalah aplikasi taksi yang paling populer di Paris dan wilayah sekitarnya (Ile-de-France). G7 bekerja sama dengan ribuan taksi berlisensi dan menawarkan berbagai layanan, mulai dari taksi standar, taksi van, hingga taksi ramah lingkungan (G7 Green).
Heetch, awalnya berfokus pada layanan taksi malam hari, Heetch kini telah berkembang menjadi pesaing Uber yang signifikan di Prancis. Aplikasi ini populer di kalangan anak muda.
Di Inggris ada Gett. Gett sangat populer di London, terutama karena fokusnya pada pemesanan taksi hitam (black cabs) yang ikonik dan diatur ketat oleh pemerintah. Ini adalah pilihan yang sangat terpercaya dan aman. Minicabit, aplikasi ini berfungsi sebagai platform perbandingan harga taksi di seluruh Inggris. Pengguna bisa mendapatkan penawaran dari berbagai penyedia taksi untuk perjalanan lokal maupun antar kota. Free Now juga memiliki basis pengguna yang kuat di London dan kota-kota lain di Inggris, bekerja sama dengan armada taksi lokal.
Di Spanyol, ada Cabify. Meskipun Uber juga tersedia, Cabify adalah aplikasi ride hailing lokal yang lebih populer di Spanyol. Mereka dikenal karena kualitas layanannya yang premium dan harga yang lebih transparan.
Di Estonia, ada aplikasi Bolt. Bolt adalah perusahaan transportasi online yang berasal dari Estonia. Dari sana, mereka telah berkembang pesat dan menjadi salah satu pesaing utama Uber di banyak negara di Eropa, Afrika, dan Amerika Latin.
Di Eropa, taksi tradisional yang berafiliasi dengan aplikasi lokal seringkali menjadi pilihan yang sangat umum dan diandalkan, terutama karena regulasi yang ketat dan keamanan yang lebih terjamin. Di sisi lain, aplikasi ride hailing, seperti Bolt juga berhasil menarik banyak pengguna dengan tarif yang kompetitif.
Memperhatikan pengemudi
Menurut Sony Sulaksono Wibowo (Dosen Program Studi Teknik Sipil ITB), hal yang mendasar penanganan angkutan private hiring di Malaysia dan Indonesia adalah fokus penanganannya. Di Malaysia, pengemudi diakui sebagai pekerja dan ada standar gaji yang pemerintah menjaganya dan mengatur, seperti UMR kalau di Indonesia. Artinya Malaysia fokus pada pengemudinya, makanya pengemudi di Malaysia jarang demo.
Di Indonesia, fokus justru pada aplikator dan mereka berlagak sombong dengan menari di sela-sela kekosongan regulasi yang ada. Pemerintah tidak bisa melindungi pengemudi secara langsung. Akibatnya semua tuntutan pengemudi yang dimintakan ke pemerintah tadak pernah dipenuhi, karena semua tergantung willingness aplikator. Sudah saatnya pemerintah melihat pengemudi ojek online sebagai pekerjaan bukan informal, dilindungi, dan berlisensi. Aplikasi hanya kelengkapan kerja, bukan penentu pekerjaan.
Manfaat Aplikasi Transportasi Online Milik Pemerintah
Jika pemerintah memiliki aplikasi transportasi online sendiri, ada beberapa keuntungan signifikan yang bisa didapat, baik bagi pemerintah maupun pengemudi.
Pertama, pemerintah akan memiliki data pasti mengenai jumlah pengemudi transportasi daring. Selama ini, data ini tidak diketahui secara jelas, sehingga sulit untuk menentukan kewajiban membayar pajak dan mengatur kesejahteraan mereka secara efektif.
Kedua, pemerintah dapat memantau dan mengawasi kebutuhan mobilitas masyarakat secara langsung. Dengan data ini, pemerintah bisa merancang kebijakan yang lebih tepat dan memastikan ada keseimbangan antara ketersediaan (supply) dan kebutuhan (demand). Hal ini penting agar bisnis ini bisa memberikan keuntungan bagi semua pihak.
Ketiga, pemerintah dapat menerapkan persyaratan yang lebih ketat untuk menjadi pengemudi. Berbeda dengan kondisi saat ini, pengemudi mudah diterima namun sulit mendapatkan penghasilan, pemerintah dapat memastikan bahwa jumlah pengemudi sesuai dengan permintaan pasar.
Keempat, pemerintah dapat secara rutin melakukan pembinaan kepada pengemudi, tata cara memuat barang, etika membawa penumpang, dan memberikan pengetahuan tentang tertib berlalu lintas yang berkeselamatan di jalan raya.
Terakhir, jika aplikasi ini dimiliki oleh negara, keuntungan bukanlah target utama. Prioritasnya adalah kesejahteraan pengemudi dan kemudahan bagi masyarakat, sehingga tujuan sosialnya lebih tercapai.
*) Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat.
Catatan : Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi senayantalks.com

Baca juga :