Jakarta, SenayanTalks – Serangan panik atau panic attack bisa datang tiba-tiba, bahkan saat seseorang sedang beristirahat atau baru bangun tidur. Kondisi ini memicu rasa takut intens yang seolah-olah mengancam nyawa, padahal berlangsung sementara dan dapat diatasi dengan langkah yang tepat.
Psikiater sekaligus dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Riati Sri Hartini, SpKJ, MSc, menjelaskan dalam tayangan IPB Pedia di YouTube IPB TV bahwa panic attack sering ditandai dengan gejala fisik maupun psikologis.
“Panic attack itu memang menakutkan, tetapi hanya terjadi sementara waktu dan bisa diatasi dengan penanganan yang tepat,” jelasnya.
Menurut dr Riati, gejala yang umum dialami penderita panic attack antara lain: jantung berdebar kencang (palpitasi), nyeri dada, napas terengah-engah atau sensasi tercekik, gemetar dan tubuh terasa tidak terkendali, serta pikiran irasional seperti takut mati atau kehilangan kendali.
“Ketakutan-ketakutan yang tidak realistis itu muncul bersamaan dalam kondisi yang tiba-tiba,” tambahnya.
Mengatasi panic attack
Hingga kini, penyebab pasti serangan panik belum sepenuhnya dipahami. Namun, dr Riati menyebut ada sejumlah faktor yang bisa memicu atau memperburuk kondisi seperti faktor genetik dan biologis, seperti riwayat keluarga dan ketidakseimbangan zat kimia otak.
Selain itu, faktor lingkungan dan psikologis dapat memicu serangan panik termasuk stres berat, trauma masa lalu, hingga penggunaan zat adiktif.
Psikiater IPB ini menyarankan beberapa teknik sederhana yang bisa membantu meredakan serangan panik, antara lain: latihan relaksasi dan pernapasan, debriefing atau mengurai pikiran, meditasi dan yoga, memberikan afirmasi positif pada diri sendiri.
“Kuncinya adalah dilakukan rutin dan berkesinambungan, agar tubuh tidak menumpuk stres yang akhirnya memicu panic attack,” ujarnya.
Kenali sejak dini
Meski bisa dikelola secara mandiri, dr Riati mengingatkan agar segera mencari bantuan profesional jika serangan panik terjadi berulang, misalnya dua hingga tiga kali dalam seminggu, dan mulai mengganggu produktivitas.
“Kita perlu menemui profesional untuk memvalidasi kondisi ini, apakah benar panic attack atau ada masalah medis lain. Jika memang panic attack, akan diberikan terapi yang tepat agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari,” katanya.
Dengan memahami gejala dan faktor pemicunya, setiap orang dapat mengembangkan strategi pengelolaan kecemasan. “Kuncinya mengingat bahwa panic attack adalah reaksi sementara, dan kita punya kendali atas tubuh kita,” tutup dr Riati.
Baca juga :