Jakarta, SenayanTalks — Kilang Plaju, salah satu unit operasi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), mencatat kinerja produksi yang impresif hingga akhir Agustus 2025. Di usianya yang lebih dari satu abad, kilang bersejarah ini tetap menjadi tulang punggung pasokan energi nasional, terutama di wilayah Sumatera Bagian Selatan.
Menurut Pjs. Corporate Secretary KPI, Milla Suciyani, selama delapan bulan pertama tahun 2025, Kilang Plaju berhasil memproduksi lebih dari 12 juta barel bahan bakar, terdiri dari 3 juta barel gasoline (bensin) dan lebih dari 9 juta barel gasoil (solar). Selain itu, kilang juga menghasilkan LPG di atas 85 ribu ton dan avtur lebih dari 175 ribu barel.
“Produksi ini menunjukkan betapa pentingnya Kilang Plaju dalam menjaga ketersediaan energi untuk masyarakat dan industri, baik di Sumatera Bagian Selatan maupun nasional,” ujar Milla di Jakarta, Rabu (15/10).
Dukung B40
Kilang Plaju memiliki kapasitas pengolahan 126 ribu barel per hari, atau sekitar 12 persen dari total kapasitas pengolahan kilang milik Pertamina.
Dengan kapasitas tersebut, Kilang Plaju menjadi penopang utama 60% kebutuhan energi di wilayah Sumatera Bagian Selatan, memproduksi berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) seperti Solar, Bio Solar, Pertalite, dan Avtur, serta produk non-BBM seperti Polytam, SBPX, LPG, Decant Oil, dan produk intermedia Naptha, POD, serta LRes.
“Kilang Plaju adalah bukti nyata bahwa pengelolaan aset bersejarah bisa tetap berkontribusi besar bagi bangsa. Meski dibangun lebih dari satu abad lalu, kilang ini tetap relevan berkat inovasi dan modernisasi berkelanjutan,” jelas Milla.
Selain memproduksi BBM konvensional, Kilang Plaju juga berperan penting dalam mendukung program swasembada energi hijau melalui produksi biodiesel B40 berbasis minyak sawit. Bersama Kilang Kasim, Plaju menjadi pionir penghasil bahan bakar ramah lingkungan tersebut.
“Biodiesel B40 yang diproduksi Kilang Plaju tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga memberi dampak positif bagi sektor perkebunan sawit melalui penyerapan bahan baku FAME sebesar 40%,” tutur Milla.
Program biodiesel di Kilang Plaju dimulai sejak B20 pada 2019, lalu berkembang menjadi B30 dan B35, hingga akhirnya pada Januari 2025 berhasil memproduksi dan mengirimkan B40 dengan kapasitas 750 ribu barel per bulan.
Kilang Plaju juga menunjukkan komitmen pada transisi energi bersih dengan memproduksi Breezon MC-32, pendingin ramah lingkungan berbasis hidrokarbon yang hemat energi dan tidak merusak lapisan ozon. Produk ini mulai diproduksi sejak 2020, sebagai alternatif CFC dan HCFC yang dilarang karena berdampak buruk terhadap lingkungan.
Selain itu, Kilang Plaju menggunakan pembangkit gas turbine sebagai sumber energi utama—teknologi yang efisien dan stabil dalam menjaga kelancaran operasional.

Jam kerja aman
Tidak hanya berfokus pada produksi, Kilang Plaju juga menjaga standar keselamatan dan keandalan operasi.
Sejak 9 Desember 2009 hingga Agustus 2025, kilang ini mencatatkan 143 juta jam kerja aman (JKA) kumulatif, sebuah pencapaian yang memperlihatkan komitmen terhadap keselamatan kerja dan zero accident.
“Ibarat kelapa tua yang makin banyak santannya, Kilang Plaju semakin matang di usia lebih dari satu abad. Ia tidak hanya menjadi penyokong energi, tapi juga simbol kemandirian energi Indonesia,” tutup Milla.

Baca juga :