Jakarta, SenayanTalks – Banyak orang yang sedang menjalani program diet ragu mengonsumsi vitamin karena khawatir akan meningkatkan nafsu makan dan menggagalkan penurunan berat badan. Namun, benarkah anggapan tersebut?
Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Samuel Stemi, MBiomed, AIFO-K, Dipl AAAM, menjelaskan bahwa konsumsi vitamin dalam dosis normal tidak menyebabkan penambahan berat badan.
“Vitamin tidak memiliki kalori. Vitamin adalah mikronutrien yang tidak menyumbang energi, tetapi berperan penting dalam metabolisme tubuh,” kata dr Samuel dalam keterangan tertulis, Senin (5/8/2025).
Namun, ia mengingatkan bahwa beberapa suplemen multivitamin mungkin mengandung pemanis atau gula tambahan yang bisa berkontribusi pada asupan kalori harian.
Selama menjalani diet, tubuh bisa kekurangan berbagai vitamin dan mineral, terutama jika asupan lemak atau protein hewani dikurangi. Vitamin A, D, E, dan K misalnya, memerlukan lemak untuk diserap tubuh. Karena itu, suplementasi selektif sangat dianjurkan untuk menjaga keseimbangan nutrisi.

dr Samuel merekomendasikan beberapa vitamin yang aman dan bermanfaat selama diet:
- Vitamin D: Membantu penyerapan kalsium, memperkuat tulang, dan mendukung sistem imun.
- Zinc: Memperkuat imun, mempercepat penyembuhan luka, dan memperbaiki fungsi pengecapan. “Zinc bisa membuat makanan terasa lebih nikmat,” ujarnya.
- Vitamin B Kompleks (B1, B6, B9, B12): Mendukung perbaikan sel tubuh dan fungsi saraf, serta mengurangi kesemutan.
- Omega-3 (EPA dan DHA): Bertindak sebagai antiinflamasi alami dan dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin serta metabolisme lemak.
Meski demikian, dr Samuel mengingatkan agar tidak mengonsumsi vitamin secara berlebihan, khususnya vitamin B kompleks, karena bisa memicu sintesis lemak dan meningkatkan rasa lapar pasca olahraga.
“Vitamin B dalam dosis tinggi bisa memicu resistensi insulin dan akumulasi lemak tubuh jika tidak dikontrol,” jelasnya.
Menurut dr Samuel, omega-3 memiliki efek berbeda pada setiap individu. Pada sebagian orang, omega-3 dapat membantu mengatur nafsu makan dengan memperbaiki sinyal hormonal di otak, namun pada individu sehat, omega-3 justru bisa mendukung penurunan berat badan.
Ia mengimbau agar pelaku diet tetap menjaga keragaman makanan, menghindari overdosis suplemen tanpa indikasi medis, serta selalu memantau respons tubuh. Pemeriksaan status nutrisi dan konsultasi dengan dokter juga penting, terutama saat menjalani diet ketat atau olahraga intens.
Lebih lanjut, dr Samuel menyoroti pentingnya pendekatan nutrigenomik—diet berbasis genetik—untuk memastikan kebutuhan vitamin disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.
“Pendekatan personal seperti ini akan membuat diet lebih efektif, meski pemeriksaannya masih tergolong mahal,” tambahnya.
Terkait olahraga, ia menyarankan agar pelaku diet tidak langsung memilih lari jika memiliki berat badan berlebih karena risiko cedera cukup tinggi, terutama di lutut dan pergelangan kaki.
“Pilihan olahraga harus disesuaikan kondisi tubuh. Jangan asal ikut tren,” tutup dr Samuel.
Baca juga :
Dosen FK IPB University Serukan Deteksi Dini Neuropati untuk Cegah Dampak Serius
Dosen IPB University Bocorkan Cara Mengatasi Penyakit Mastitis pada Sapi