Search
Close this search box.

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Turun, Warning Pengangguran Naik

Jakarta, SenayanTalks – Angka Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) yang diumumkan Bank Indonesia kembali turun pada Agustus 2025. Kondisi ini memicu kekhawatiran meningkatnya pengangguran dan melemahnya daya beli masyarakat.

Menurut data Bank Indonesia, IKLK Agustus berada di level 93,2, turun di bawah angka 100 yang menjadi batas optimisme. Artinya, masyarakat menilai ketersediaan lapangan kerja semakin terbatas. Lebih mengkhawatirkan lagi, penurunan ini sudah berlangsung empat bulan berturut-turut sejak Mei 2025, menandakan tren pesimisme yang konsisten di pasar tenaga kerja.

Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Anis Byarwati, menilai melemahnya IKLK bisa berdampak langsung pada konsumsi rumah tangga.

“Menurunnya optimisme terhadap pekerjaan berpotensi menekan konsumsi rumah tangga, karena masyarakat akan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Jika berlanjut, hal ini dapat melemahkan permintaan domestik dan memperlambat pemulihan ekonomi nasional,” ujar Anis di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Ia menambahkan, pelemahan IKLK berarti peluang kerja semakin sempit, sehingga risiko angka pengangguran meningkat. Situasi ini juga dapat menurunkan keyakinan masyarakat terhadap masa depan ekonomi.

Selain IKLK, Bank Indonesia juga mencatat penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2025. IKK turun ke level 117,2, lebih rendah dibanding Juli yang mencapai 118,1.

Meski masih berada di zona optimis (di atas 100), angka tersebut merupakan yang terendah sejak September 2022 atau hampir tiga tahun terakhir.

“Eksekutif perlu merespons penurunan IKK, karena melemahnya keyakinan konsumen akan berdampak pada turunnya konsumsi masyarakat,” tegas Anis.

Dorong daya beli

Sebagai anggota Komisi XI DPR RI, Anis menilai Menteri Keuangan yang baru harus fokus pada kebijakan yang mendorong konsumsi masyarakat. Salah satu opsi adalah menaikkan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP).

“Ide menaikkan PTKP sudah kami usulkan dua tahun lalu. Kebijakan ini bisa menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendorong perekonomian,” jelasnya.

Selain itu, Anis menyarankan pemerintah mengeluarkan kebijakan fiskal ekspansif seperti subsidi, pemotongan pajak, hingga program cash transfer untuk meningkatkan optimisme konsumen.

Ancaman pengangguran

Penurunan IKLK yang berulang menunjukkan bahwa lapangan kerja semakin terbatas, sementara jumlah pencari kerja terus bertambah. Jika tren ini tidak segera diantisipasi, risiko meningkatnya pengangguran terbuka lebar.

“Ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Lapangan kerja harus diperluas agar pengangguran tidak melonjak, daya beli masyarakat terjaga, dan konsumsi domestik tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi,” pungkas Anis.

Baca juga :

Artikel Terkait

Berita Sebelumnya