Search
Close this search box.

Inovasi ‘Geothermal Dry House’ Dorong Produksi Kopi Ramah Lingkungan

Bandung, SenayanTalks — Inovasi pemanfaatan energi panas bumi untuk pengolahan kopi oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) kembali mencetak sejarah. Bertempat di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, PGE menggelar Panen Bersama dan Ekspor Perdana Kopi Geotermal Kamojang hasil kolaborasi dengan para petani kopi lokal.

Kopi yang diekspor berasal dari dua varietas arabika unggulan, yaitu Andungsari dan USDA. Total volume ekspor mencapai 15 ton yang dikirim ke berbagai negara di Asia dan Eropa.

Keunggulan kopi Kamojang tak hanya terletak pada rasanya, tetapi juga proses pengolahannya yang memanfaatkan teknologi ramah lingkungan. Sejak 2018, PGE mengembangkan teknologi “Geothermal Dry House” yang menggunakan uap buangan panas bumi untuk mempercepat proses pengeringan biji kopi. Teknologi ini telah dipatenkan dan menjadi yang pertama di dunia dalam pengolahan kopi berbasis energi panas bumi.

Hasilnya, proses pengeringan menjadi tiga kali lebih cepat, lebih hemat biaya, dan menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi dengan aroma dan rasa yang khas. Inovasi ini sejalan dengan komitmen PGE mendukung transisi energi bersih dan ekonomi sirkular di Indonesia.

Acara panen dan ekspor kopi ini turut dihadiri Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, yang menyampaikan apresiasi atas langkah inovatif PGE dan para petani.

“Agar perusahaan bisa terus bergerak maju, pasti perlu inovasi. Dan saya melihat semangat inovasi luar biasa di PGE,” ujar Eniya. Ia juga menegaskan bahwa pemerintah tengah menyiapkan aturan untuk mendukung pemanfaatan energi panas bumi langsung (direct use) bagi masyarakat.

Lewat program Geothermal Coffee Process (GCP), PGE kini bermitra dengan 18 kelompok tani dan memberdayakan 312 petani kopi lokal di sekitar Wilayah Kerja Panas Bumi Kamojang seluas 80 hektar. Pada tahun 2024, program ini mencatat penjualan 4,9 ton green beans, 640 kg roasted beans, dan 17.500 bungkus ground coffee, dengan omzet mencapai Rp 863,9 juta.

“Panas bumi tidak hanya untuk pembangkitan listrik, tapi juga menggerakkan ekonomi desa,” kata Julfi Hadi, Direktur Utama PGE. Ia menegaskan komitmen perusahaan membangun ekosistem berkelanjutan berbasis energi bersih yang berdampak langsung bagi masyarakat.

Kopi Geotermal Kamojang kini diakui sebagai produk hijau bernilai tinggi dan menjadi percontohan implementasi ekonomi sirkular berbasis energi baru terbarukan (EBT). PGE menegaskan akan terus memperluas kemitraan dengan petani dan mengembangkan inovasi dalam pengolahan hasil bumi lainnya yang memanfaatkan energi panas bumi.

“Kami ingin menjadikan kopi Kamojang sebagai simbol kolaborasi antara teknologi energi bersih dan pertanian berkelanjutan,” tutup Julfi Hadi.

Baca juga :
PLTP Gunung Tiga: Langkah Strategis PGE Capai Target 5,2 GW Panas Bumi Nasional
Berburu Gadget dan Makan di Senayan Trade Center

Artikel Terkait