Jakarta, SenayanTalks — Sekitar 80 anak muda dari berbagai negara berkumpul di tengah hutan Mato Grosso, Brazil. Mereka tidur di hammock, berdiskusi di tepi sungai, dan berstrategi untuk menghadapi Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) yang akan digelar pada November 2025 di Belem, Brazil.
Pertemuan bertajuk “Co-Creation Meeting for the Campaign Alliance of Peoples for the Climate” ini mempertemukan aktivis muda, komunitas adat, dan pegiat lingkungan dari berbagai benua untuk membangun solidaritas lintas negara dan merancang aksi kreatif yang akan menarik perhatian dunia saat COP30 berlangsung.
Salah satu peserta yang hadir adalah Stanislaus Demokrasi Sandyawan, atau akrab disapa Momo, Wakil Direktur Climate Rangers Jakarta. Ia menjadi satu dari hanya dua peserta asal Asia, bersama seorang delegasi dari Lebanon.
“Kita berdiskusi di alam terbuka, di tengah hutan yang sedang diperjuangkan kelestariannya. Rasanya sangat magis dan penuh semangat,” ujar Momo.
Selama beberapa hari, para peserta berdiskusi tentang berbagai isu krusial, terutama hak masyarakat adat dan perjuangan melawan ekspansi korporasi.
“Situasinya sangat mirip dengan Indonesia. Di sana masyarakat adat berjuang melawan perkebunan kedelai besar, sementara di Indonesia masyarakat adat menghadapi ekspansi kelapa sawit,” jelas Momo.
Menariknya, Brazil telah memiliki Kementerian Masyarakat Adat, yang menjadikan pengakuan negara terhadap hak-hak masyarakat adat lebih kuat dibandingkan Indonesia.
Kesamaan perjuangan ini menumbuhkan rasa solidaritas lintas benua. Para aktivis menegaskan bahwa isu masyarakat adat bukan hanya isu lokal, melainkan isu global yang menyangkut keadilan, kedaulatan, dan keberlanjutan bumi.
Pendanaan iklim
Salah satu topik yang paling banyak dibahas dalam pertemuan ini adalah pendanaan iklim (climate finance).
Para peserta sepakat bahwa mekanisme penyaluran dana iklim sering kali tidak berpihak pada masyarakat di garis depan, karena sebagian besar dana justru berhenti di lembaga birokrasi atau organisasi besar.
“Banyak yang belum tahu cara mengakses dana iklim secara langsung. Padahal, dana itu seharusnya sampai ke komunitas yang benar-benar menjaga hutan,” kata Momo.
Diskusi juga memperkenalkan dua konsep penting: territorial autonomy (hak masyarakat adat untuk mengatur wilayahnya sendiri) dan historical reparation (kompensasi atas ketidakadilan sejarah yang dialami masyarakat adat).
“Ini konsep yang kuat. Masyarakat adat berhak mengelola wilayahnya dan mendapatkan pengakuan atas ketidakadilan masa lalu,” tambahnya.

Bertemu Chief Raoni, Pemimpin Legendaris Penjaga Amazon
Pertemuan di Desa Mupa tidak berhenti pada diskusi. Para aktivis muda merancang berbagai aksi kreatif untuk merebut perhatian media global selama COP30.
“Kami akan membuat aksi visual seperti fashion show dengan pakaian adat dari berbagai wilayah, serta long march untuk mengangkat isu lingkungan yang terjadi di Brazil,” ungkap Momo.
Langkah ini dilakukan karena ruang formal di forum internasional sering terbatas bagi masyarakat sipil, sehingga aksi kreatif menjadi strategi efektif untuk memperjuangkan narasi perubahan iklim dari akar rumput.
Salah satu momen paling berkesan dalam pertemuan ini adalah kehadiran Chief Raoni Metuktire, pemimpin legendaris masyarakat adat Kayapo, yang dikenal sebagai tokoh utama dalam perjuangan melindungi Hutan Amazon.
“Ketika Chief Raoni datang, semua peserta berhenti untuk mendengarkan pesannya. Beliau simbol perjuangan lintas generasi,” cerita Momo.
Desa Mupa sendiri merupakan pusat konsolidasi gerakan masyarakat adat di Brazil. Selain Chief Raoni, pertemuan juga melibatkan seorang shaman yang memimpin ritual tradisional untuk menjaga keseimbangan fisik dan spiritual para peserta.
Bagi Momo, pengalaman di Mato Grosso adalah pengingat bahwa perjuangan iklim bukan sekadar angka emisi atau dana miliaran dolar, tetapi tentang tanah, alam, dan hak untuk hidup layak di bumi sendiri.
“Berjalan tanpa alas kaki, melihat sungai dan pepohonan, merasakan langsung apa yang kami perjuangkan — itu membuat semangat kami semakin kuat,” ucapnya.

Baca juga :