Balongan, SenayanTalks — PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus memperkuat penerapan keselamatan kerja di lingkungan kilang, terutama di Kilang Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Upaya ini menjadi bagian dari komitmen KPI untuk memastikan operasional kilang berjalan aman, andal, dan efisien di tengah kompleksitas proses produksi energi nasional.
General Manager Kilang Balongan Yulianto Triwibowo menegaskan bahwa keselamatan kerja merupakan prioritas utama karena area kilang tergolong berisiko tinggi.
“Kalau mau masuk kilang, banyak sekali aturannya. Tidak boleh membawa korek api, telepon seluler, dan wajib memakai alat pelindung diri lengkap. Semua itu dilakukan karena operasional kilang berada di lokasi berisiko tinggi,” jelas Yulianto, Senin (21/10).
Kilang Balongan menempati lahan seluas 250 hektare dengan sekitar 70 tangki bahan baku dan produk serta kapasitas pengolahan 150 ribu barel per hari. Kilang ini memiliki nilai Nelson Complexity Index (NCI) sebesar 11,9, tertinggi di antara seluruh kilang milik Pertamina.
Semakin tinggi nilai NCI, semakin tinggi pula kemampuan kilang dalam menghasilkan produk berkualitas premium dengan proses yang efisien dan ramah lingkungan.
Cegah risiko
Menurut Yulianto, Kilang Balongan menerapkan digitalisasi sistem pengawasan guna memperkuat aspek keselamatan operasional. Teknologi ini mampu mendeteksi anomali pada peralatan secara real time dan memicu tindakan korektif seketika.
Selain digitalisasi, KPI juga melaksanakan pemeliharaan berkala (maintenance turnaround) yang melibatkan pembongkaran, perbaikan, serta penggantian komponen vital kilang. Setelah itu, dilakukan Pre-Start-Up Safety Review (PSSR) sebagai verifikasi akhir sebelum unit kembali beroperasi.
“Semua harus dicek dengan checklist lengkap—mulai dari kekencangan baut hingga kondisi standar alat. Ada prosedur ketat yang wajib kami ikuti,” tegas Yulianto.
Selain mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP), Yulianto menerapkan filosofi Jawa dalam budaya kerja kilang:
- Titen, berarti memperhatikan kondisi kilang secara teliti;
- Open, menjaga dan memelihara seluruh fasilitas;
- Telaten, menjaga keberlanjutan operasional dengan penuh kehati-hatian.
Untuk memperkuat budaya keselamatan, Kilang Balongan juga menerapkan prinsip PIP: patuh terhadap aturan, intervensi bila ada kondisi tidak aman, dan peduli terhadap rekan kerja.
Yulianto menekankan bahwa keselamatan bukan hanya prosedur, melainkan proses pembelajaran terus-menerus. Setiap insiden, baik besar maupun kecil, menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki sistem dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
“Kami menerapkan prinsip learning from event. Lebih baik kami cerewet tapi kilang aman, karena nyawa tidak ada gantinya,” tutupnya.

Baca juga :