Bogor, SenayanTalks – Tanaman murbei (Morus spp.) yang selama ini dikenal sebagai pakan ulat sutra ternyata menyimpan potensi besar sebagai tanaman obat, terutama dalam pengobatan tradisional dan pencegahan penyakit. Namun, pemanfaatannya di Indonesia masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan negara lain seperti Tiongkok.
Hal ini disampaikan oleh Sandra Arifin Aziz, ahli tanaman obat dari Fakultas Pertanian IPB University, dalam wawancara secara daring bersama Humas IPB (9/7).
“Di Tiongkok, daun murbei digunakan untuk menurunkan tekanan darah, sebagai antidiabetes, membantu fungsi hati, meredakan batuk, serta meningkatkan kesehatan mata, ginjal, dan kulit,” ungkap Sandra.
Daun murbei diketahui mengandung senyawa deoxynojirimycin (DNJ), yang memiliki efek antidiabetes, serta flavonoid, yang dikenal luas sebagai antioksidan alami. Tak hanya daun, bagian lain dari tanaman seperti buah, kulit batang, dan akar juga menyimpan potensi manfaat kesehatan.
“Daun murbei bisa dikeringkan dan diseduh seperti teh herbal. Di negara maju, penggunaannya sudah meluas, sedangkan di Indonesia masih didominasi untuk industri sutra,” jelasnya.
Belum dimanfaatkan
Di Indonesia, jenis murbei yang paling banyak dibudidayakan adalah Morus alba. Tanaman ini tumbuh baik di dataran tinggi seperti Cianjur, Jawa Barat, serta di daerah penghasil sutra lainnya seperti Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur. Meski demikian, penggunaan murbei sebagai tanaman herbal atau tanaman obat masih jarang dikembangkan secara luas.
Sandra juga menyoroti status tanaman introduksi sebagai salah satu alasan mengapa murbei belum banyak digunakan dalam pengobatan tradisional lokal.
“Perlu riset lebih lanjut agar murbei bisa diakui secara resmi sebagai tanaman obat di Indonesia, mengingat bioaktivitasnya sangat tinggi dan bermanfaat,” tegasnya.
Tanaman murbei memiliki nilai strategis dalam konteks pertanian berkelanjutan dan kesehatan masyarakat, sejalan dengan beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), terutama: Mengakhiri kelaparan dan meningkatkan gizi (SDG 2); Menjamin kehidupan sehat dan mendukung kesejahteraan (SDG 3); Meningkatkan riset dan pengembangan pendidikan tinggi berbasis sains dan teknologi lokal (SDG 4).
Sebagai bagian dari ekosistem pertanian agromaritim, murbei layak untuk masuk dalam peta besar pengembangan tanaman herbal nasional. Dengan memperluas penelitian dan hilirisasi produk, murbei dapat menjadi bagian dari ketahanan kesehatan berbasis tanaman lokal.
“Sudah saatnya Indonesia tidak hanya membudidayakan murbei untuk sutra, tapi juga memanfaatkan secara maksimal untuk kebutuhan kesehatan masyarakat,” tutup Sandra.
Baca juga :
Standarisasi Kemasan Rokok Bukan Pemicu Maraknya Rokok Ilegal
Berburu Gadget dan Makan di Senayan Trade Center