Search
Close this search box.

Potensi Zakat Tinggi, Rendahnya Literasi Jadi Tantangan

Jakarta, SenayanTalks – Potensi zakat nasional di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 327 triliun per tahun. Namun, realisasi pengumpulan melalui lembaga resmi baru sekitar Rp 41 triliun, dan hanya Rp 13 triliun yang tercatat secara formal. Selisih besar ini menunjukkan masih rendahnya optimalisasi pengumpulan zakat di Tanah Air.

Wakil Ketua Umum Forum Jurnalis Wakaf, Infaq, dan Zakat Filantropi (Forjukafi) Idy Muzayyad menegaskan, literasi zakat dan strategi komunikasi yang tepat menjadi kunci untuk meningkatkan pengumpulan sekaligus memperluas inklusi zakat.

“Edukasi zakat harus dilakukan secara masif, berkelanjutan, dan strategis. Zakat harus dipahami sebagai kewajiban yang dekat dengan kehidupan masyarakat, bukan sekadar seremonial ibadah tahunan,” ujar Idy.

Literasi belum optimal

Berdasarkan survei Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Indeks Literasi Zakat (ILZ) masyarakat, terutama generasi milenial dan Gen Z, berada pada level 74,84 poin atau kategori moderat. Kondisi ini mencerminkan perlunya edukasi intensif, khususnya dalam memahami manfaat zakat, penyaluran melalui lembaga resmi, dan dampak sosial ekonomi yang dihasilkan.

Menurut Idy, rendahnya literasi berkontribusi pada masih banyaknya muzaki (pembayar zakat) yang menyalurkan zakat langsung kepada mustahik (penerima zakat) tanpa melalui lembaga resmi. Akibatnya, data pengumpulan zakat menjadi terfragmentasi dan kurang efektif untuk pemberdayaan masyarakat.

Sejumlah lembaga zakat di Indonesia telah mengimplementasikan strategi komunikasi modern untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, di antaranya BAZNAS Banyumas memanfaatkan kampanye digital, layanan jemput zakat, dan pembayaran berbasis QRIS.

Strategi lain dilakukan BAZNAS Rejang Lebong yang mengedepankan transparansi laporan, publikasi di media sosial, dan kegiatan lapangan untuk membangun kepercayaan publik.

Selain itu, Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Medan mengembangkan kampanye edukasi zakat melalui media sosial dan kerja sama lintas lembaga untuk menekan kemiskinan.

Idy menyebutkan bahwa penerapan People, Profit, Planet menjadi pendekatan penting dalam strategi komunikasi. “Zakat tidak hanya berdampak pada penerima, tetapi juga membangun ekosistem sosial-ekonomi yang berkelanjutan,” jelasnya.

Penguatan literasi zakat perlu didukung strategi komunikasi yang relevan dengan perkembangan teknologi. Digitalisasi, seperti penggunaan aplikasi zakat online, e-wallet, hingga media sosial, dinilai efektif menjangkau generasi muda dan profesional.

Idy menegaskan bahwa jika literasi dan komunikasi strategis berjalan seiring, potensi zakat nasional yang mencapai Rp 327 triliun bisa lebih optimal, serta memberi kontribusi signifikan bagi pengentasan kemiskinan dan pemerataan kesejahteraan.

Baca juga :


Artikel Terkait

Berita Sebelumnya