Bogor, SenayanTalks – Program Generation Gender (Gen G) resmi ditutup setelah lima tahun berjalan di Indonesia. Dalam acara “Showcasing Akhir Program Gen G 2025” yang digelar di Bogor, 26–28 Agustus 2025, Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) bersama Koalisi Gen G Indonesia menegaskan bahwa perjuangan menuju Indonesia adil gender dan bebas kekerasan berbasis gender serta seksual (KBGS) tidak berhenti di sini.
Kegiatan penutupan dihadiri lintas pemangku kepentingan, mulai dari perwakilan DPR RI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Bappenas, Kementerian Agama, Komnas Perempuan, hingga ulama perempuan muda. Kehadiran mereka mempertegas dukungan terhadap gerakan orang muda yang menjadi penggerak utama perubahan sosial selama lima tahun terakhir.
“Acara ini bukan sekadar penutupan, tetapi perayaan atas keberanian orang muda yang mengubah wacana menjadi aksi nyata. Mereka membuktikan, suara generasi muda mampu mendorong arah kebijakan sekaligus membuka ruang aman bagi semua,” ujar Direktur YGSI, Ely Sawitri.
Salah satu sorotan utama adalah talkshow “Suara dan Aksi Orang Muda” yang mempertemukan generasi muda dengan para pengambil kebijakan. Dalam sesi tersebut, anak muda menyuarakan enam poin penting, di antaranya penghapusan kekerasan berbasis gender dan seksual, jaminan akses adil terhadap pendidikan serta kesehatan, hingga pelibatan bermakna anak muda dalam proses kebijakan.
Komitmen ini disambut baik oleh pejabat negara. Perwakilan KemenPPPA, Priyadi Santoso, menegaskan bahwa pencegahan kekerasan tidak bisa dilakukan sendiri.
“Pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak membutuhkan kerja bersama. KemenPPPA berkomitmen berkolaborasi dengan generasi muda, karena pekerjaan besar ini hanya akan berhasil jika dilakukan secara kolektif,” ujarnya.
Tenaga Ahli DPR RI, Debi Agusfriansa, juga menambahkan pentingnya pelibatan anak muda dalam implementasi kebijakan. “Komisi VIII DPR RI membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya untuk penanganan kasus kekerasan seksual. Bukan hanya di atas kertas, tetapi dieksekusi langsung di tengah masyarakat,” tegasnya.

Peran ulama perempuan
Selain talkshow, showcase akhir Gen G juga menampilkan praktik baik penghapusan KBGS dalam kerangka bantuan hukum struktural, seminar nasional peran ulama perempuan dalam pencegahan kekerasan di pesantren, hingga peluncuran buku “Kumpulan Ayat dan Hadis untuk Keluarga Maslahah.”
Direktur PD. Pontren Kemenag, Basnang Said, menyampaikan apresiasinya kepada ulama perempuan muda yang turut menyusun SOP perlindungan di pesantren. “Kementerian Agama akan terus berkolaborasi agar pesantren benar-benar menjadi ruang aman bagi tumbuh kembang anak sekaligus masa depan bangsa,” jelasnya.

Jejak Gen G
Sejak 2021, Gen G diimplementasikan oleh YGSI bersama Koalisi Perempuan Indonesia, LBH APIK Jakarta, Rahima, serta Organisasi Orang Muda Gen G di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Palu. Program ini berkontribusi besar dalam pengesahan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), advokasi RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT), hingga lahirnya regulasi daerah seperti Perda No. 3/2023 di Jawa Barat dan Perwali Palu tentang pencegahan perkawinan anak.
“Selama lima tahun, program ini memperkuat ribuan orang muda dan menjangkau jutaan masyarakat melalui kampanye. Meski program berakhir, semangat menuju keadilan gender akan terus hidup,” kata Nani Vindanita, Program Manager Gen G.
Menutup kegiatan, Ely Sawitri menegaskan, “Berakhirnya program bukanlah akhir perjuangan, melainkan awal gerakan yang lebih luas. Kolaborasi lintas sektor inilah kekuatan nyata untuk memastikan agenda keadilan gender terus mendapat tempat dalam kebijakan publik.”

Baca juga :