Jakarta, SenayanTalks – INPEX Corporation melalui anak usahanya INPEX Masela Ltd. terus menunjukkan komitmen dalam pengembangan energi berkelanjutan di Indonesia melalui Proyek LNG Abadi di Blok Masela. Proyek ini menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional dan dirancang sebagai proyek LNG pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) sejak tahap awal pengembangan.
Komitmen ini ditegaskan dalam partisipasi INPEX Masela pada ajang Joint Convention 2025 di Semarang (1–3 Juli), yang mengangkat tema “Sustainable Energy Resilience: Indonesia’s Path to Self-Sufficiency.” Kegiatan ini mempertemukan ribuan profesional energi, akademisi, regulator, hingga pelajar dari seluruh Indonesia.
Executive Project Director INPEX Masela, Jarrad Blinco, dalam sesi diskusi panel menyatakan bahwa Proyek Abadi memiliki peran vital bagi ketahanan energi nasional dan transisi energi bersih.
“Kami akan menggunakan sistem subsea Christmas Tree terbesar yang pernah diproduksi di Indonesia. Proyek ini juga mencakup pembangunan dua train LNG berkapasitas 9,5 juta metrik ton per tahun (MTPA), penyaluran gas sebesar 150 MMSCFD untuk kebutuhan domestik, serta produksi kondensat 35.000 barel per hari,” ujar Blinco.
Menurut Blinco, tantangan logistik dan teknis yang dihadapi cukup kompleks, termasuk pemasangan pipa gas yang akan melintasi Palung Tanimbar dengan kedalaman lebih dari 1.500 meter.
Proyek Abadi akan menjadi pionir dalam penggunaan teknologi subsea CCS (Carbon Capture and Storage) dan mengoperasikan salah satu Floating Production Storage and Offloading (FPSO) terbesar di Indonesia. Penerapan teknologi ini menunjukkan upaya konkret INPEX dalam mendukung target dekarbonisasi nasional dan pengurangan emisi karbon sektor migas.
INPEX Masela mengelola proyek ini dengan partisipasi 65%, bekerja sama dengan Pertamina Hulu Energi Masela (20%) dan Petronas Masela Sdn. Bhd. (15%). Proyek ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah melalui SKK Migas.
“Kami sedang menyelesaikan tahap akhir proses tender dan akan segera memulai fase Front-End Engineering Design (FEED), tonggak penting menuju fase produksi,” tambah Blinco.
Deputi Eksplorasi SKK Migas, Rikky Rahmat Firdaus, dalam forum yang sama menyoroti bahwa daya saing investasi migas Indonesia masih berada di peringkat ke-9 dari 14 negara Asia Pasifik. Ia menyebut Proyek Abadi sebagai salah satu dari 15 proyek strategis nasional yang diharapkan bisa menarik lebih banyak investor global.
Baca juga :
SKK Migas Targetkan 60 Wilayah Kerja Baru
Berburu Gadget dan Makan di Senayan Trade Center