Search
Close this search box.

Setahun Prabowo-Gibran, Pengendalian Tembakau Minim Aksi

Jakarta, SenayanTalks — Komunitas Save Our Surrounding (SOS) mengirimkan puluhan karangan bunga ke rumah pribadi Presiden Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, pada Selasa (21/10). Aksi ini dilakukan untuk menandai satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran sekaligus menyampaikan kritik terhadap murahnya harga rokok dan mandeknya implementasi kebijakan pengendalian tembakau dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024.

Karangan bunga itu bertuliskan pesan sindiran seperti “Sembako makin mahal, rokok makin murah” dan “Rakyat butuh gizi, bukan rokok”, sebagai bentuk protes atas tidak tegasnya pemerintah menegakkan kebijakan Cukai Hasil Tembakau (CHT) dan perlindungan kesehatan masyarakat.

Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) Aryana Satrya mengatakan aksi simbolik ini menyoroti lambannya pelaksanaan aturan turunan dari PP 28/2024 serta kebijakan cukai yang belum berpihak pada kesehatan publik.

“Harga rokok yang murah membuat perokok tidak bisa mengerem konsumsi. Akibatnya, banyak keluarga kehilangan penghasilan untuk kebutuhan dasar seperti makanan dan pendidikan. Pemerintah seharusnya membuat rokok semahal mungkin agar masyarakat membatasi konsumsi,” ujar Aryana.

Menurut Survei Kesehatan Indonesia 2023, jumlah perokok anak mencapai lebih dari 5,9 juta jiwa. Harga rokok yang murah memicu konsumsi sejak dini. Riset CISDI 2023 bahkan menunjukkan remaja masih mudah membeli rokok di sekitar sekolah dengan harga eceran rendah.

Sementara itu, riset PKJS-UI menemukan 74% perokok akan berhenti jika harga rokok mencapai Rp70.000 per bungkus — bukti bahwa kebijakan harga bisa menekan konsumsi tembakau dan melindungi generasi muda.

Lebih dari satu tahun sejak disahkan, implementasi PP 28/2024 yang melarang iklan, promosi, dan penjualan rokok eceran masih mandek. Promosi rokok justru masih marak di acara musik, olahraga, hingga media sosial. Penjualan rokok batangan pun masih banyak ditemukan di sekitar sekolah tanpa pengawasan.

Perwakilan Komunitas SOS, Tulus Abadi, menilai pemerintah harus berani mengambil langkah tegas dan bebas dari konflik kepentingan dengan industri tembakau.

“Presiden Prabowo punya kesempatan besar memperbaiki arah kebijakan ini. Kementerian Keuangan dan Kementerian Kesehatan jangan tunduk pada tekanan industri. Tahun kedua pemerintahan harus menjadi titik balik dengan menempatkan kesehatan rakyat di atas kepentingan ekonomi jangka pendek,” tegas Tulus.

Komunitas SOS juga menyesalkan sikap aparat yang menurunkan sekitar 30 karangan bunga hanya beberapa jam setelah dikirimkan. “Pemerintah tampak lebih terganggu oleh papan bunga ketimbang fakta bahwa jutaan anak masih bisa membeli rokok di depan sekolah,” ujar perwakilan SOS dalam pernyataannya.

Komunitas Save Our Surroundings (SOS) merupakan gerakan masyarakat dengan lebih dari 2.800 anggota yang fokus pada isu pengendalian rokok, kesehatan publik, dan lingkungan bersih. SOS memiliki delapan pilar utama: kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan, hak asasi manusia, kebijakan publik, budaya sosial, dan perlindungan anak.

Baca juga :

Artikel Terkait

Berita Sebelumnya