Jakarta, SenayanTalks – Tren bersepeda yang sempat booming saat pandemi COVID-19 kini meredup. Hal ini terlihat jelas di Sentra Sepeda mewah STC Senayan, Jakarta, yang dahulu ramai dipadati toko-toko sepeda premium. Kini, sebagian besar toko telah tutup, menyisakan hanya segelintir yang masih bertahan.
Pada masa pandemi 2020–2021, minat masyarakat terhadap olahraga gowes melonjak tinggi. Toko-toko di STC Senayan menjual berbagai merek sepeda mewah, mulai dari Brompton hingga Colnago, dengan harga mencapai ratusan juta rupiah. Penjualan harian bahkan bisa menembus puluhan unit.
Namun, tren tersebut tidak bertahan lama. Memasuki era pasca-pandemi, minat bersepeda menurun drastis. Kini, penjualan sepeda di STC hanya sekitar 10–15 unit per bulan, jauh merosot dibanding masa kejayaannya.
Sebagian besar toko di area lower ground STC sudah gulung tikar. Hanya One Bike Shop, dealer resmi Brompton, yang masih bertahan. Toko ini menjaga eksistensinya dengan mengandalkan penjualan aksesori, layanan servis, hingga pemasaran online.
Pergeseran tren olahraga
Turunnya penjualan sepeda juga dipengaruhi oleh pergeseran tren olahraga masyarakat perkotaan. Kini, olahraga seperti padel dan lari lebih diminati karena dianggap lebih praktis dilakukan di tengah rutinitas kota besar.
Melihat peluang tersebut, One Bike Shop mulai menjual raket padel untuk mengikuti tren baru, sekaligus mempertahankan bisnis di tengah sepinya minat pada sepeda mewah.
Selain menambah produk baru, toko yang masih bertahan juga fokus pada penjualan aksesori seperti helm, pedal, dan suku cadang, layanan servis untuk pengguna sepeda yang masih aktif, dan promosi dan penjualan melalui platform online.
Fenomena sepinya pembeli di STC Senayan menunjukkan bahwa tren sepeda mewah tidak lagi sekuat masa pandemi. Pergeseran minat olahraga masyarakat memaksa pelaku usaha beradaptasi dengan diversifikasi produk dan strategi digital agar tetap bertahan di pasar yang semakin menantang.
Baca juga :