Depok, SenayanTalks – Sekitar 2.000 warga Depok meramaikan kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2025 dalam kegiatan Car Free Day dan Zumba di Lapangan Balai Kota Depok. Kegiatan ini menjadi bagian dari Save Our Surroundings (SOS) Fest 2025, sebuah gerakan kolaboratif untuk melindungi generasi muda dari paparan rokok.
Wakil Wali Kota Depok, Chandra Rahmansyah, menekankan pentingnya perlindungan anak dan remaja dari pengaruh buruk rokok. Ia mengingatkan bahwa rokok tidak hanya membahayakan kesehatan, tetapi juga berdampak ekonomi.
“Saya sendiri tidak merokok, dan saya mengajak warga Depok, baik orang tua maupun anak muda, untuk menjauhi rokok. Merokok hanya membakar uang dan merusak tubuh,” ujar Chandra.
Ia juga menegaskan bahwa Pemkot Depok telah memiliki Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR) yang melarang merokok di tujuh lokasi, seperti fasilitas kesehatan, sekolah, tempat ibadah, transportasi umum, dan area publik lainnya.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang, dengan 7,4% di antaranya adalah remaja berusia 10–18 tahun. Selain itu, data BPS menunjukkan bahwa 28,62% penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas masih merokok secara aktif.
Dokter Spesialis Jantung, Bobby Arfhan Anwar, yang turut hadir dalam acara tersebut, memperingatkan bahaya rokok bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah, terutama pada pria.
“Indonesia mencatat angka pria perokok tertinggi di dunia, mencapai 73,2%. Hanya sekitar 26% pria Indonesia yang tidak merokok. Ini krisis kesehatan yang serius,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti tren rokok elektronik beraroma manis seperti rasa buah dan permen, yang menurutnya menjadi pintu masuk anak-anak dan remaja untuk mulai merokok.
“Rokok elektrik atau vape dengan rasa manis menarik bagi anak-anak dan remaja. Ini strategi industri untuk merekrut perokok pemula,” jelasnya.
Save Our Surroundings (SOS) Fest 2025 menjadi wadah kampanye lintas sektor untuk meningkatkan kesadaran publik tentang bahaya rokok bagi kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Gerakan ini mengusung 8 pilar utama: Kesehatan, Pendidikan, Hak Asasi Manusia, Perlindungan Anak, Kebijakan Publik, Budaya Sosial Baru, Lingkungan, dan Ekonomi.
Dengan pendekatan edukatif dan partisipatif, SOS Fest mengajak berbagai pihak, mulai dari aktivis pengendalian tembakau, pendidik, komunitas anak, hingga influencer dan tokoh publik, untuk turut serta dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas rokok.