Search
Close this search box.

Warga Golewa Selatan Tolak Eksploitasi Air Tiwu Bala untuk Proyek Geotermal PLN

Ngada, SenayanTalks – Masyarakat Paroki Santo Yoseph Laja, Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, menggelar aksi penyalaan 1.000 lilin sebagai bentuk penolakan terhadap rencana pengambilan air dari mata air Tiwu Bala oleh PT PLN untuk proyek energi panas bumi (geotermal). Aksi ini mengangkat tema “Kami Muzi Pu’u Go’o Wae” yang berarti Kami hidup dari air.

Warga menyatakan bahwa air Tiwu Bala merupakan sumber kehidupan utama masyarakat adat di Golewa Selatan. Sumber air ini telah digunakan secara turun-temurun untuk mengairi lebih dari 400 hektare sawah dan ladang, menopang ketahanan pangan serta keberlangsungan ekonomi masyarakat lokal.

“Tiwu Bala bukan milik negara atau investor. Ia milik adat, tanah, dan kehidupan. Merampasnya adalah bentuk kolonialisme baru atas nama pembangunan,” tegas salah satu tokoh masyarakat Sadha, Mikel Keo.

Aksi damai ini diawali dengan misa yang dipimpin oleh sejumlah tokoh gereja dan dilanjutkan dengan ritual adat Leba Manu, sebuah bentuk penolakan terhadap ancaman kerusakan lingkungan dan bentuk kutukan terhadap pihak yang dianggap merusak alam. Dalam budaya lokal, pelanggaran atas hukum adat semacam ini diyakini membawa konsekuensi moral dan spiritual.

“Siapa pun yang menipu atau memutarbalikkan kebenaran, lidahnya akan putus,” ujar tetua adat dalam ritual Leba Manu, memperingatkan keras pada pihak yang tetap mengejar proyek tersebut.

Masyarakat juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap dampak ekologis yang mungkin terjadi, merujuk pada kegagalan proyek PLTP Mataloko sebelumnya. Proyek tersebut dinilai hanya menyisakan kerusakan lingkungan dan konflik sosial karena dilakukan tanpa partisipasi masyarakat.

“Kami tidak ingin Tiwu Bala bernasib seperti Mataloko. Air ini bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk generasi kami mendatang,” ungkap Pater Felix Baghi, Koordinator Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores.

Sebagai wilayah produsen utama beras di Kabupaten Ngada, Golewa Selatan sangat bergantung pada keberlangsungan aliran air dari Tiwu Bala. Eksploitasi terhadap sumber ini bukan hanya ancaman terhadap lingkungan, tetapi juga terhadap ketahanan pangan, budaya, dan hak hidup masyarakat lokal.

Tuntutan Warga terhadap Pemerintah dan PLN

  • Forum Peduli Lingkungan Hidup Santo Yoseph Laja menyampaikan empat tuntutan utama:
  • Menolak penyedotan air dari Tiwu Bala oleh PLN untuk proyek geotermal.
  • Mendesak Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk menghentikan seluruh pengembangan PLTP Mataloko.
  • Menuntut pencabutan SK ESDM No. 2268 K/30/MEM/2017 yang menetapkan Pulau Flores sebagai Pulau Panas Bumi.
  • Menyerukan pemulihan ekologis atas kerusakan lingkungan yang telah terjadi akibat proyek geotermal sebelumnya.

Baca juga :
Pencemaran Plastik Ancam Mangrove di Surabaya, ECOTON Desak Tanggung Jawab Produsen
DPR Prematur Menolak Ide UU Kehutanan yang Inklusif

Artikel Terkait