Jakarta, SenayanTalks – Keselamatan pasien anak kembali menjadi sorotan dunia. Pada peringatan Hari Keselamatan Pasien Sedunia 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama United Nations Population Fund (UNFPA) menyerukan pentingnya layanan kesehatan yang aman sejak bayi lahir hingga anak berusia sembilan tahun. Seruan aksi itu mengusung tema “Keselamatan pasien dari awal!”
Data WHO menunjukkan, satu dari sepuluh pasien di dunia mengalami dampak buruk saat menjalani perawatan medis. Lebih dari 3 juta orang meninggal setiap tahun akibat layanan kesehatan yang tidak aman, dan kondisi ini lebih parah di negara berpendapatan rendah serta menengah, termasuk Indonesia. Di negara-negara tersebut, empat dari setiap 100 pasien meninggal akibat layanan tidak aman—padahal lebih dari 50% kasus dapat dicegah.
Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr N. Paranietharan, menjelaskan bahwa anak-anak menghadapi risiko lebih tinggi karena tubuh mereka masih berkembang dan sering kali tidak mampu mengungkapkan keluhan dengan jelas.
“Akses obat-obatan dan layanan yang aman, efektif, dan bermutu bukanlah kemewahan, melainkan hak dasar. WHO akan terus mendukung Kementerian Kesehatan untuk membangun sistem kesehatan yang kuat, aman, dan adil bagi semua orang,” jelas Paranietharan.
Beberapa tantangan utama dalam layanan pediatri di Indonesia antara lain protokol keselamatan yang belum spesifik untuk anak, lemahnya pengawasan mutu obat, keterbatasan tenaga spesialis anak, hingga minimnya keterlibatan keluarga dalam proses perawatan.
Meski tantangan masih besar, Indonesia menunjukkan capaian positif dalam menekan angka kematian anak. Antara 2010 hingga 2023, angka kematian bayi baru lahir dan balita berhasil turun 39%, sementara angka kematian anak usia 5–9 tahun menurun lebih dari 32% dalam kurun 2010–2022.
Langkah nyata pemerintah antara lain penerapan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien sejak 2006, kajian kematian ibu dan bayi baru lahir sejak 2024, serta pengawasan pasar obat yang lebih ketat oleh BPOM sejak 2022.
Untuk memperkuat keselamatan pasien anak di Indonesia, WHO dan UNFPA menekankan empat prioritas:
- Optimalkan layanan pediatri dengan panduan WHO dan cek kesehatan di sekolah yang terintegrasi dengan SATUSEHAT untuk deteksi dini stunting, gangguan penglihatan, pendengaran, hingga kondisi kronis.
- Perkuat sistem data dan pelaporan agar mampu menunjukkan di mana anak menghadapi risiko, menutup kesenjangan layanan, serta meningkatkan akuntabilitas.
- Tingkatkan pengawasan dan praktik klinis agar obat, dosis, dan layanan sesuai usia anak serta diberikan oleh tenaga kesehatan terampil.
- Libatkan keluarga sebagai mitra aktif, baik dalam memantau pengobatan, pengambilan keputusan, maupun memastikan fasilitas kesehatan ramah anak.
Peran bidan
Perwakilan UNFPA Indonesia, Hassan Mohtashami, menekankan bahwa keselamatan bayi baru lahir erat kaitannya dengan kesehatan ibu dan persalinan yang aman.
“Bidan adalah kunci. Meningkatkan kompetensi bidan dengan pendidikan sesuai standar internasional dan pelatihan berkelanjutan akan menyelamatkan nyawa ibu serta bayi,” ujarnya.
WHO dan UNFPA menegaskan komitmennya untuk terus mendukung pemerintah Indonesia memperkuat sistem kesehatan. Dengan kolaborasi semua pihak, Indonesia diharapkan mampu memastikan setiap anak mendapat layanan kesehatan yang aman, bermutu, dan setara sejak awal kehidupan.
Baca juga :